Perpustakaan ideal masa depan menurut saya adalah
perpustakaan hibrida (hybrid library), yakni perpaduan antara model
konvensional dan model digital. Tuntutan akan keberadaan Perpustakan digital
dipicu oleh kemajuan yang sangat pesat dalam teknologi informasi dan komunikasi
seperti komputer, internet, serat optik, dan telepon genggam.
Teknologi informasi dan komunikasi yang semakin
canggih menyebabkan Perpustakaan digital selain secara ekonomi lebuh murah juga
memiliki beberapa keunggulan lain. Pertama, mudah diakses oleh siapa pun dan
dari mana pun asal memiliki koneksi Internet, baik menggunakan PC, lap top,
maupun telepon genggam. Para pemustaka tidak perlu datang secara fisik ke
pepustakaan. Cukup dengan menyalakan komputer atau telepon genggam terkoneksi
Internet, para pemustaka dapat melihat katalog, melakukan transaksi pemesanan
dan peminjaman buku elektronik, serta mengakses dan mengunduh jurnal
elektronik.
Kedua, lebih murah dari perpustakaan
konvensional. Hal yang selalu menjadi kendala pada Perpustakaan
konvensional adalah ruang penyimpanan buku. Dengan memindai bahan pustaka ke
dalam bentuk soft files dan menyimpannya ke dalam basis data, akan semakin
banyak koleksi yang dapat disimpan serta dapat menghemat pengeluaran untuk
penyediaan dan pengelolaan ruang perpustakaan.
Ketiga, selain berasal dari ruangan, pada
perpustakaan digital, penghematan juga dapat dilakukan karena biaya pengiriman
buku atau jurnal dari penerbit layaknya pada Perpustakaan konvensional tidak
diperlukan. Dari sisi pemustaka, Perpustakaan digital juga amat efisien karena
mencari dan mendapatkan buku tidak perlu mencarinya di rak buku, tetapi cukup
dengan perangkat pencari yang disediakan atau menggunakan Google atau Yahoo.
Keempat, selain mempermudah akses ke bahan pustaka,
Perpustakaan digital juga dapat menjangkau khalayak yang luas di seluruh dunia.
Dengan demikian, karya ilmiah yang disajikan dalam data dapat dinikmati oleh
ribuan bahkan jutaan orang di sekuruh dunia. Keterbukaan itu memberi peluang
dilakukannya pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi secara cepat dan
terukur dan optimal, oleh siapa pun di dunia.
Kemudahan yang kini dapat dinikmati sedikit
banyak dipicu oleh pemeringkatan pemanfaatan Internet untuk kepentingan
pendidikan yang dikenal dengan nama Webometric yang dikeluarkan oleh sebuah
laboratorium komputer berpusat di Spanyol. Karena ranking yang dihasilkan
mendunia dan dibaca oleh banyak orang, setiap universitas berusaha memperbaiki
rankingnya agar unggul dari universitas lain.
Persaingan itu memicu setiap universitas
memperkaya aspek-aspek yang dijadikan dasar penilaian, yaitu Rich Files (R),
visibility (V), Scholar (Sc), dan size. Dampak yang paling sederhana adalah
makin banyaknya perguruan tinggi yang mengunggah file berjenis PDF, .PPT atau
.DOC ke dalam laman webnya. Dari sinilah akses terbuka yang memberi kemudahan
bagi perpustakaan maya dimulai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar